Belajar dari Kasus di Bengkulu, Begini Cara Cegah Balita Terhindar dari Kecacingan
Kasus balita di Bengkulu yang keluar cacing dari mulut dan hidung hingga ada larva di paru-paru kembali mengingatkan bahaya kecacingan yang bisa berujung fatal jika diabaikan.
Publik kembali dikejutkan dengan kasus dua balita kakak beradik di Kabupaten Seluma, Bengkulu, yang harus menjalani perawatan intensif akibat kecacingan parah. Khaira Nur Shabrina (1 tahun 8 bulan) dan kakaknya Aprillia (4 tahun) mengalami kondisi mengerikan: cacing gelang keluar dari mulut dan hidung mereka, bahkan larva ditemukan di paru-paru saat pemeriksaan medis.
Kepala Dinas Kesehatan Seluma menyebut, selain cacingan, keduanya juga mengalami anemia, berat badan tidak sesuai usia, kadar leukosit tinggi, serta gula darah yang abnormal. Kasus ini langsung mendapat sorotan dari Kementerian Kesehatan karena menunjukkan masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya infeksi cacing.
Kecacingan sebenarnya bukan kasus baru. Tahun lalu, publik juga sempat digemparkan oleh kabar meninggalnya seorang balita di Indonesia akibat komplikasi kecacingan. Balita tersebut mengalami gagal tumbuh, anemia berat, hingga infeksi berulang yang akhirnya tidak tertolong. Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa kecacingan bukanlah penyakit ringan, melainkan ancaman serius terhadap tumbuh kembang anak.
Dokter parasitologi menjelaskan, cacing gelang (Ascaris lumbricoides) bisa masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, atau tangan yang terkontaminasi tanah. Setelah menetas di usus, larva menyebar melalui aliran darah hingga mencapai paru-paru, lalu kembali ke usus sebagai cacing dewasa. Infeksi ini bisa berlangsung lama tanpa gejala berarti, namun ketika jumlahnya banyak, dampaknya sangat berbahaya: anak sulit makan, gizi buruk, anemia, gangguan pernapasan, hingga risiko kematian.
Pencegahan menjadi kunci utama agar tragedi serupa tidak terus berulang. Orang tua perlu memastikan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, selalu menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah, dan mengonsumsi makanan serta minuman yang bersih. Selain itu, pemberian obat cacing massal yang digagas pemerintah harus rutin diikuti, minimal dua kali setahun untuk balita dan anak usia sekolah.
âCacingan memang sering diremehkan, tapi dampaknya luar biasa pada tumbuh kembang anak. Bisa menyebabkan stunting, menurunkan kecerdasan, bahkan mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan benar,â kata seorang dokter spesialis anak di RSUD Bengkulu.
Kasus di Bengkulu, ditambah peristiwa meninggalnya balita akibat kecacingan sebelumnya, seharusnya menjadi alarm keras bagi semua pihak. Lingkungan sehat, pola hidup bersih, gizi cukup, serta kepatuhan mengikuti program deworming menjadi cara terbaik melindungi anak-anak Indonesia dari ancaman cacing yang sering tidak terlihat, namun mematikan.





